Pergilah,
sebelum pintu istanamu terkunci rapat
Apa yang kau tunggu dari kecamuk rindu Majnun;
Layla, kerabatmu memaksa menjauhiku,
Melodi melankoli menggasing dipelupuk matamu
Pergilah,
sebelum khalayak mengusirku keluar dari gerbang kotamu
Apa yang kau sukai dari si pendungu menung;
puisinya tergores dari bait-bait murung,
Lagunya terangkai dari nada-nada mendung.
Pergilah, sebelum angin cemburu merenggutmu ganas
Apa yang kau ingin dari si melarat;
Lepas-bebas akalmu dari daku dagang merempat
Karam rasa,
Bisu kata.
WACANA NIRVANA
Turun-lah mawar bagai titis hujan,
wangi-kan Ruh dalam warna tersuluh,
berbahtera-lah bersama Nuh,
hingga cinta kau labuh!,
O Pengembara,
jangan engkau pergi jauh,
bahtera cuma seketika di pelantar dunia.
Hirup-lah Kamil,
Mukammil-lah tujuh,
naik-naik-lah ke SANA,
mencari Dia,
peluk-lah cinta,
di asmara Nirvana!
Sunday, 22 November 2015
Friday, 20 November 2015
Saturday, 7 November 2015
AKU ADA KERANA ENGKAU
Engkau tahu kan
saat suram dian yang terpadam
kunang-kunang rindu pun berkelipan
berterbangan sayap-sayap kasih
hinggap pada dahan jiwa,
dan neon tetap enggan menyala
Engkau tahu kan
daun-daun jari yang Engkau usap
Pada kening satwaku, pori-poriku terserap
darah rindu bergetar kau kecar
ranum puisiMu mengucup asmaraku
gema Hu melaju
meredah uratnadi malam
merebahkan jasadku di tanah keasingan
Engkau tahu kan
Derak dada angsaMu menghunjam
bismi alifku hilang terkaram
terbuka laut mim, pada indah maiyyah
jatuh menyonsong di ranjang petang
dalam tampar hujan
Engkau tahu kan
Saat bahtera cintaMu melabuh
antara muara Adam awalku di ruh subuh
nafas-nafas tanpa huruf memecah
menggesek viola dalam rithma Ba
kejang tali rasa mengecap makna
memecar alunan tanpa suara
bila inderaku tiba-tiba menyirna
Engkau Aku menjadi Dia
Rajendra Nath Tagore
saat suram dian yang terpadam
kunang-kunang rindu pun berkelipan
berterbangan sayap-sayap kasih
hinggap pada dahan jiwa,
dan neon tetap enggan menyala
Engkau tahu kan
daun-daun jari yang Engkau usap
Pada kening satwaku, pori-poriku terserap
darah rindu bergetar kau kecar
ranum puisiMu mengucup asmaraku
gema Hu melaju
meredah uratnadi malam
merebahkan jasadku di tanah keasingan
Engkau tahu kan
Derak dada angsaMu menghunjam
bismi alifku hilang terkaram
terbuka laut mim, pada indah maiyyah
jatuh menyonsong di ranjang petang
dalam tampar hujan
Engkau tahu kan
Saat bahtera cintaMu melabuh
antara muara Adam awalku di ruh subuh
nafas-nafas tanpa huruf memecah
menggesek viola dalam rithma Ba
kejang tali rasa mengecap makna
memecar alunan tanpa suara
bila inderaku tiba-tiba menyirna
Engkau Aku menjadi Dia
Rajendra Nath Tagore
MARILAH LAYLA
Kala meruntun seribu tanya
di mana Majnunku berada
katakan; ".....dalam tiap tempurung kepala
orang-orang yang menderita akibat cinta"
Di gurun yang menghangat roma
salju rinduMu Layla, mendingin kulit
menggigil ruap darahku berargumentasi
tentang bahang yang mencair menjadi pasir
lalu debu-debu kasih menderap berpuisi
tentang gila Sang Penyair Api
yang membakar lembaran-lembaran hati
menempa quddus qalbi
Kita merayap atas bumi
melata mencari sekarung benda
untuk esok yang belum tentu ada
kenapa enggan meratah cinta
yang selalu ada di pelupuk jiwa
Marilah Layla
mengunsi dari manusia tanpa kepala
kita bina gubuk di tepi dunia
memanggang haruman cinta
lalu mabuk bersama
dalam asmara.
Rajendra Nath Tagore
MAKNAKANLAH CINTA
MAKNAKANLAH CINTA
Ke mana Majnunku berderak
mendebu bagai puing di sapu angin
mencari teduh rindu rantingnya Layla
moga dakap jantungku menjadi dahan kasih
bakal merimbun daun-daun masa
membuka kuncup bunga
dari stigma cinta
Oh Layla
Majnunku menyala dalam lena & jaga
uratdarahku mengeja sejuta Asma yang Kau tanda
torehlah setiap dariku yang terbakar dalam rindu
darah-darah yang bersimbah,
akan mengukir namaMu pada setiap pintu
bukalah untukku jaluran khamsa
dari makna & rahasia sebuah cinta
Jika nyala ini terus membara,
aku bukan lagi apa-apa,
selain serentung fana
hilang ujud tak bersisa
dalam cahaya bima.
Rajendra Nath Tagore
Ke mana Majnunku berderak
mendebu bagai puing di sapu angin
mencari teduh rindu rantingnya Layla
moga dakap jantungku menjadi dahan kasih
bakal merimbun daun-daun masa
membuka kuncup bunga
dari stigma cinta
Oh Layla
Majnunku menyala dalam lena & jaga
uratdarahku mengeja sejuta Asma yang Kau tanda
torehlah setiap dariku yang terbakar dalam rindu
darah-darah yang bersimbah,
akan mengukir namaMu pada setiap pintu
bukalah untukku jaluran khamsa
dari makna & rahasia sebuah cinta
Jika nyala ini terus membara,
aku bukan lagi apa-apa,
selain serentung fana
hilang ujud tak bersisa
dalam cahaya bima.
Rajendra Nath Tagore
MISTIK RINDU
MISTIK RINDU
Mendayung hari
merentas sejuta kemelut rasa
dari resah kepada pilu yang membarah
ombak-ombak prasangka menggugah setia
kelopak-kelopak duka meluruh jatuh
menumbuh pucuk-pucuk gelisah di pantai hati
melautlah desah rindu mendesir tiap waktu
membentuk bongkah kristal dalam mistik qalbu
Kenapa Kau memakmal kimia butir kasihku
menerjemah cinta dikertas algebra logikamu
sedang mistik rinduku meruap buak
berkepul bersama nyawa di dupa jantung
mengukir heliografi di dada piramid cintaku
tak termakna walau pun oleh Ramsis II
Tika thesismu melarut dalam sastera maya
kepenyairan bukanlah segalanya untuk memetik rahasia
Aku & Dia melangkaui deru perahu Columbus
memangkah sejarah benua tanpa santunan fakta
melupakan kapal Tariq ibn Ziad di Andalusia
menutup indahnya al-Hambra disenyum ain-sofea
berpusar di lengkung tangga pagoda
menatap burung anka
Berjalanlah di tanah tinggi utara
berhentilah di Konya mencatat makna
antara wangi & bunga, Matahari & cahaya
jika cinta itu bukan bauran dari kesatuan nyawa
yang meledak jelira di pucak fana,
katakan padaku, ujud Kita untuk apa?
RNT
Mendayung hari
merentas sejuta kemelut rasa
dari resah kepada pilu yang membarah
ombak-ombak prasangka menggugah setia
kelopak-kelopak duka meluruh jatuh
menumbuh pucuk-pucuk gelisah di pantai hati
melautlah desah rindu mendesir tiap waktu
membentuk bongkah kristal dalam mistik qalbu
Kenapa Kau memakmal kimia butir kasihku
menerjemah cinta dikertas algebra logikamu
sedang mistik rinduku meruap buak
berkepul bersama nyawa di dupa jantung
mengukir heliografi di dada piramid cintaku
tak termakna walau pun oleh Ramsis II
Tika thesismu melarut dalam sastera maya
kepenyairan bukanlah segalanya untuk memetik rahasia
Aku & Dia melangkaui deru perahu Columbus
memangkah sejarah benua tanpa santunan fakta
melupakan kapal Tariq ibn Ziad di Andalusia
menutup indahnya al-Hambra disenyum ain-sofea
berpusar di lengkung tangga pagoda
menatap burung anka
Berjalanlah di tanah tinggi utara
berhentilah di Konya mencatat makna
antara wangi & bunga, Matahari & cahaya
jika cinta itu bukan bauran dari kesatuan nyawa
yang meledak jelira di pucak fana,
katakan padaku, ujud Kita untuk apa?
RNT
Subscribe to:
Posts (Atom)